Jumat, 17 November 2017

An unforgettable trip to Merawang



Merawang, 17 September 2017
An Unforgettable Trip to Merawang
Pagi buta kala itu, kami sekeluarga telah disibukkan dengan persiapan ke Merawang, Desa Tanjung Boleng, Kecamatan Boleng, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Di sanalah kami mengantar suamiku untuk bertugas sebagai guru IPS di SMPN 3 Boleng.
Seusai makan pagi dengan lauk ayam goreng dan sayur tumis terung yang begitu nikmat, kami pun bersiap-siap. Rombongan kami yakni saya, anak saya (Al), suami saya (Pak Abu), Ibu mertua saya, keponakan saya (Arib), Dayat, Alvian, dan Paman Masto bergegas naik ke mobil carry yang dikemudikan oleh saudara kami, Tarat (Bapak Nisa). Saya, ibu mertua, dan Al duduk di samping supir, sementara yang lain duduk di belakang dengan kondisi mobil carry tanpa payon (alas atas) sehingga terasa sangat panas jika duduk di belakang. Yups... Semua barang bawaan mulai dari perkakas dapur, kasur dan tetek mbengeknya telah diangkut ke mobil. Sementara itu, saudara kami (Bapak Arib dan Mama Arib) naik motor Honda. Bismillah. Sekitar pukul sembilan lewat dengan hawa yang cukup panas, kami pun bersama-sama berangkat dari Watu Lendo-Lembor menuju Merawang. Let’s go!!!
Jug gijak gijuk gijak gijuk..... mobil carry pun berangkat!!!
Jalan Lembor-Nggorang beraspal bagus namun berkelok letter “S” sehingga ada rasa mual meskipun saya sudah minum antimo sebelum berangkat tadi. Alhasil, meskipun ditahan-tahan dengan susah payah, saya pun mabok darat. Kami pun berhenti sejenak untuk beristirahat. Kami juga sempat membeli pisang susu di pinggir jalan untuk cuci mulut sehabis mabok darat. Pisangnya enak dan manis. Saya suka-saya suka. Tiba di pertigaan Nggorang, kami pun singgah di rumah saudara kami, Pak Sumar (Bapak Aulia) untuk merilekskan otot dan badan. Kami pun disuguhkan dengan segelas air teh hangat dan pisang rebus yang dibawa oleh Ibu Ila dari Labuan Bajo. Enak, mantap, dan sip untuk menambah tenaga. Badan terasa fit kembali. Mama Azka, Azka, Aulia, dan juga Ibu Ila pun ikut ke Merawang. Kami pun memasang jarik (sewek) sebagai payon untuk mereka yang duduk di belakang.
Perjalanan pun dilanjutkan kembali. Nggorang-Merawang siap menanti. Let’s go!!! Bismillah. Semoga jalannya bagus dan kami semua tiba di Merawang dengan selamat. AAmiin.
Sekitar pukul 11.56 WITA, kami start dari cabang Nggorang dan tiba di cabang Rareng setengah jam kemudian. Jalannya lumayan bagus walaupun setengah beraspal, berbatu, dan berpasir. Di cabang Rareng, ada sebuah kios di sebelah kiri jalan. Kami pun belok kiri. Dari cabang Rareng, kami bisa melihat hamparan sawah dan nyiur melambai kampung Merawang yang ada di bawah. Rupanya jalan ke sana cukup terjal. Jalan berbatu ditambah koral dan pasir di sebelah kanan dan kiri jalan untuk persiapan perbaikan jalan, menjadikan jalan semakin sempit. Mobil carry pun berjalan pelan-pelan. Alhamdulillah, jalan terjal pun terlewati, dan berganti jalan berdebu dan bertanah merah. Di sebelah kanan jalan dibangun jembatan-jembatan kecil (baca:deker dalam bahasa manggarai). Rupanya di sini sedang ada proyek pembangunan jalan aspal. Buktinya terdapat mobil eksa, buldoser dan kawan-kawan.
Alhamdulillah. Segala puji syukur hanyalah bagi Allah, Tuhan Semesta Alam.
Pukul 12.15 WITA, rombongan kami tiba di rumah Kepala SMPN 3 Boleng di Merawang. Kami pun dengan semangat yang membara segera turu dari mobil carry dan menuju beranda rumah kepala sekolah, di bale-bale (baca: bangku duduk tanpa sandaran) di bawah pohon cokelat yang sejuk. Kepala sekolah dan keluarganya menyambut kami dengan ramah. Kami pun disuguhkan dengan segelas kopi dan teh untuk melepas dahaga. kami juga disuguhkan jambu mente untuk dirujak untuk cuci mulut akibat mabok darat. Usai minum air panas, kami pun makan siang di ruang tamu kepala sekolah. Sebakul nasi dan ayam goreng yang kami bawa dari rumah juga kami hidangkan bersama dengan hidangan makan siang dari kepala sekolah. Hmmz Yummy...mamamia lezatos.
Seusai makan siang, kami pun menyurvey tempat tinggal suamiku. Jaraknya cukup dekat dengan rumah kepala sekolah dan juga dekat dengan perkampungan warga. Rumah berdinding papan dan bamboo beratapkan seng dan juga masih ada dinding rumah yang perlu perbaikan. Tuan rumah pun ramah dan welcome dengan kami. Mereka segera membersihkan rumah dan memperbaiki dinding yang lubang. barang-barang suamiku pun segera diturunkan dari mobil carry untuk ditaruh di rumah tinggal tersebut. Rumahnya cukup l;uas kira-kira ukuran 5x6m, cukuplah untuk tinggal suamiku dengan Pak Shelo, teman guru bahasa Inggris dari To’do. Usai survey rumah tinggal, kami pun kembali ke rumah kepala sekolah dengan berjalan kaki. Kami pun kembali disuguhkan dengan segelas kopi dan teh. Mentari hampir tenggelam. Sekitar pukul 16.30 WITA, kami pun berpamitan kepada kepala sekolah. Hati-hati suamiku sayang. Jaga dirimu baik-baik, jangan lupa shalat. I love you.
Sebenarnya air mata ini mau keluar, tapi aku berusaha menahannya. Aku berusaha tegar. Aku tetap duduk di samping sopir bersama Ibuk mertua dan Al. Bapak Nisa (sopir kami) ingin mencoba jalan baru dari Merawang menuju Labuan Bajo lewat jalan pantura (pantai utara). Jalannya berbatu dan susah dilalui oleh mobil carry kami. Mobil carry pun lagi-lagi berjalan sangat lambat bak keong. Di sebelah kanan dan kiri jalan kami jumpai mobil eksa dan buldoser untuk proyek pembangunan jalan aspal. Andaikata proyek jalan aspal ini sudah selesai, pasti jarak Merawang-Labuan Bajo akan terasa lebih dekat. Kami melewati perkampungan, gunung, pantai, dan rawa-rawa. Jam tangan menunjukkan pukul 17.30. Namun, suasana sudah mulai gelap. Mungkin ini efek karena kami berada di sela-sela gunung yang menjulang tinggi. Alhasil, mobil carry pun tidak cukup kuat untuk naik gunung dengan kondisi tanah berpasir. Kami pun segera turun dari mobil dan berjalan kaki neik gunung. Dengan napas yang ngos-ngosan kami pun berjalan sampai ke puncak sambil menggendong anak. Kuattttt. Kita pasti bisa. Yeaah. Alhamdulillah, kami berhasil sampai puncak. Kami pun menunggu mobil carry di atas. Kami lihat bahwa mobil carry sedang berusaha naik gunung, dan yeaaah... berhasilll. Cuzzzz..  kami semua pun langsung bergegas naik ke mobil carry. Kami semua naik mobil carry kecuali Paman Masto yang mengendarai motornya Bapak Arib.
Usai jalan berpasir, kami pun melewati jalan beraspal. Aku pikir jelan aspal terus sampai ke Labuan, ternyata tidak. Mungkin jalan aspalnya hanya satu kilometer saja. Kami pun kembali melewati jalan berbatu. Gerah rasanya berada di mobil carry seperti mau hawa mau turun hujan. Rasanya pingin cepat-cepat sampai di Labuan Bajo. Tak terasa, kami tiba-tiba sampai di Lancang dan belok ke SMA Negeri 1 Komodo. Yeahhhh.... kami sampai juga di Labuan. Kami bermalam di rumah Ibu Ila di kompleks SMA Negeri 1 Komodo. capek rasanya, pusing, mual, mabok darat semuaa bercampur jadi satu. Keesokan harinya sekitar pukul 05.30 pagi, kami pulang ke Lembor. Perjalanan ini sungguh fantastik dan tak mungkin bisa untuk dilupakan.

Merawang, 17 September 2017
Penulis

Santi











Tidak ada komentar:

Posting Komentar