“
Kehadiran Malaikat Kecilku di Bulan Mei”
oleh: Santi, S.Pd, Gr
Buah hati adalah dambaan yang dinanti-nanti
oleh setiap pasangan suami istri setelah menikah. Begitu juga dengan kami
(Santi & Abu). Malaikat kecil kami telah hadir ke dunia pada hari Selasa, 3
Mei 2016 teoat pukul 15.00 WITA dengan berat badan 3000 gram, panjang badan 49
cm, dan lingkar kepala 33 cm. It’s a boy (baca: dia laki-laki). Alhamdulillah,
dia lahir secara normal.
Malaikat kecilku, buah hatiku, jagoan
kecilku telah hadir. Dia adalah putra pertama kami. Cucu pertama orang tuaku
(Bapak dan Ibuku), keponakan pertama adikku, juga cucu kesembilan dari keluarga
mertuaku. Selamat datang jagoan kecilku yang sehat, lucu, imut, dan ganteng.
Tanda-tanda akan melahirkan
saat itu,
Hari Kamis, 28 April 2016 aku belum
mengambil cuti melahirkan. Aku masih mengajar di sekolahku, MTs. Jabal Nur Watu
Lendo, Lembor, NTT. Saat itu usia kandunganku 34 minggu plus 5 hari. Keesokan
harinya, aku tidak masuk sekolah karena tidak ada jam mengajar. Begitu juga
denga hari Sabtu. Aku gunakan kesempatan free ini untuk mencuci baju dan
bersih-bersih rumah. Akan tetapi sabtu malam itu perutku terasa sakit sekali.
Aku pikir bahwa aku salah makan. Sakit perutku sama seperti dilepen saat masa
haid. Berkali-kali aku bangun dan minta tolong suamiku untuk mengoles nona mas
(baca: minyak gosok) di perutku. Sekejab sakitnya hilang, tetapi berulang
muncul lagi. Hal ini terjadi sampai Minggu pagi.
Minggu pagi itu, sakit perutku sedikit
hilang. Jadi, aku bisa melakukan aktivitas di rumah seperti biasanya. Namun,
menjelang Magrib, ada lender yang keluar dari jalan lahir. Aku pun segera menelpon
Ibuku yang ada di Jawa. Kata Ibu bahwa waktu melahirkan anakku sudah dekat. Aku
juga memberitahukan pada suamiku dan seluruh keluargaku di sini (baca :
Flores). Usai makan malam bersama, aku pun segera tidur. Tidurku tidak nyaman.
Walau aku bisa memejamkan mata sekejab namun sakit perutku muncul lagi.
Berkali-kali aku oleskan nona mas tetapi nihil. Posisi tidurku pun aku
ganti-ganti dari miring kiri menjadi miring kanan. Perutku masih saja mulas.
Sakit sekali rasanya sampai –sampai aku menangis. L
Pagi pun tiba. Hari itu hari Senin (2 Mei
2016). Hari itu bertepatan dengan hari Pendidikan Nasional. Di hari itu, lendir
bercampur darah keluar dari jalan lahirku. Sakit perutku pun semakin tak
tertahankan. Aku memberitahukan pada suamiku dan juga ibu mertuaku di sini.
Sesegera mungkin, ibu mertuaku memanggil Ine Gege di samping rumah kami untuk
memeriksaku apakah iyang aku alami ini adalah tanda-tanda akan melahirkan atau
bukan.
Ine Gege pun memeriksaku. Menurut Ine Gege,
aku akan segera melahirkan. “ Ini sudah tandanya” kata beliau kepadaku. Mendengar hal itu, Ibu mertuaku pun menyuruh
suamiku untuk memanggil Ine Alus (seorang dukun bayi) dari Desa Buruk untuk
memeriksaku. Kebetulan beliau juga masih family dengan kami (baca: iparnya Ibu
mertuaku). Setiba di rumahku, Ine Alus memeriksa perutku. Menurut Ine Alus, aku
harus segera dibawa ke Rumah Sakit karena sudah pembukaan tiga dari jalan
lahir. Sesegera mungkin suamiku menghubungi truk Papa Nisa untuk mengantarkan
aku dan Ine Alus ke Puskesmas wae Nakeng yang berada di dekat Pasar Wae Nakeng.
Jaraknya sekitar lima menit naik truk. kami berangkat ke Puskesmas dahulu
sedangkan suamiku, kakak-kakak Ipar dan juga Ibu mertuaku menyusul dengan naik
motor.
Tepat pukul 07.40 WITA, aku dan Ine Alus
tiba di Puskesmas Wae Nakeng. Sesegera mungkin kami menuju ruang rawat inap
untuk ibu bersalin. Ine Alus lapor ke bidan yang sedang bertugas saat itu
tentang tanda-tanda akan melahirkan yang aku alami. Aku pun segera menempati
dipan tengah diantara tiga dipan yang ada di ruang ibu bersalin. Dua puluh
menit kemudian (tepat pukul 08.00 WITA), aku diperiksa oleh bidan yang
bertugas. Kata bidan, sudah pembukaan tiga di jalan lahir. Pemeriksaan pun akan
dilakukan setiap empat jam sekali. Sembari menunggu pemeriksaan ulang, bidan
pun menyarankan aku untuk jalan-jalan ringan di sekitar ruang rawat inap.
Banyak sekali keluarga yang menungguiku di
puskesmas kala itu. Selain Ibu mertua, suamiku, dan Bapak Arib, ada juga Mama
Ilham, Bapak Ilham, Zahira,Edo, Mama Edo, Papa Edo, Mama salim, Pua Salim dan Badriya,
Bapak Yusuf, dan masih banyak lagi. Tak terasa sudah pukul 12.00, waktunya
pemeriksaan jalan lahir dan juga detak jantung bayi di dalam kandunganku. Detak
jantung bayiku normal, akan tetapi jalan lahir masih buka 3. Lagi-lagi, aku pun
bersemangat untuk jalan-jalan kecil supaya pwembukaan jalan lahir semakin
lebar. Saat pukul 16.00, jalan lahir sudah buka 4. kami semua merasa senang.
Mungkin bayiku akan segera lahir. namun, saat pemeriksaan pukul 20.00, jalan
lahir kembali ke bukaan 1. Aku sempat shock kenapa jalan lahir malah menyempit
bukan melebar. Bidan yang bertugas saat itu pun menyarankan kami agar pindah ke
ruang tunggu. Di ruang tunggu ada aku, Ine Alus, suamiku, Bapak Arib, Edo, Mama
Arib, Mama Ilham dan juga Mama Edo.
Di ruang tunggu itu, aku tetap tidak bisa
tidur karena sakit perutku semakin bertambah. Berkali-kali aku bangunkan
suamiku untuk mengantar pipis ke kamar mandi, juga mengoles nona mask e
perutku. Aku pura-pura memejamkan mataku sambil menahan sakit perutku. Aku juga
berjalan-jalan kecil di ruang tunggu itu sambil menunggu pagi tiba. Ibuku di
Jombang berkali-kali juga menelponku untuk menanyakan kabar terkini dariku. Pukul
04.00 keesokan harinya, aku memberitahukan pada Ine Alus kalau aku merasakan
ingin buang air besar. Ine Alus pun segera mengajak kami semua untuk pindah ke
ruang ibu bersalin untuk pemeriksaan kembali.
Selasa itu, 3 Mei 2016
Setiba di ruang ibu bersalin, bidan pun
memeriksaku. Kata bidan jalan lahir sudah buka 3. Kami semua merasa kalau
perkembangan pembukaan jalan lahirku sangat lambat. Suamiku pun meminta tolong
Bapak Arib untuk memangiil nenek Salim agar datang ke puskesmas Wae Nakeng. nenek
Salim pun memberikan air doa untukku. Waktu pun bergerak begitu cepat. Tepat
pukul 08.00, aku diperiksa lagi oleh bidan. Kata bidan, jalan lahir sudah
pembukaan 4 atau 5. Alhamdulillah. Mendengar kabar baik itu, aku pun
bersemnagta untuk jalan-jalan kecil di ruang ibu bersalin, sesekali jalan
mengitari ruang rawat inap, sedikit istirahat, makan, berbaring kiri, dan kalau
ada tenaga melanjutkan jalan-jalan kecil lagi.
Jam dinding pun menunjukkan pukul 12.00
WITA, saatnya aku diperiksa oleh bidan. Kala itu jalan lahir sudah pembukaan 6
atau 7. Alhamdulillah, sujud syukurku pada-Mu ya Allah. Aku pun bersemangat
makan siang, minum air, jalan-jalan kecil, baring miring kiri, istirahat dan
jalan lagi. Paketan perlengkapan bayi dari Ibuku di Jombang pun sudah diambil
oleh suamiku di Kantor Pos Wae Nakeng. Bidan Relly juga berkata bahwa
perlengkapan bayi sudah harus disiapkan karena waktu melahirkan anakku sudah
sangat dekat. saat itu tepat pukul 14.00, aku ingin jalan-jalan kecil mengitari
ruang rawat inap di puskesmas itu sambil ditemani suamiku. Tiba-tiba aku tak
kuat lagi berjalan, aku pun menyandarkan kedua tanganku ke tembok sambil menarik
napas dari hidung dan melepaskan lewat mulut. Tiba-tiba, aku merasakan sesuatu
seperti balon keluar dari jalan lahir. Aku pun teriak memanggil suamiku yang
masih berjalan di belakangku. “Mas...” Aku pun segera ditolong oleh suamiku,
bapak Yusuf dan Pua Salim. Mereka bertiga mengangkatku ke ruang bersalin.
Ternyata itu adalah air ketuban yang sudah pecah.
Saat itu adalah pukul 14.45. Bidan yang
bertugas saat itu pun segera menanganiku. Di dipan tengah diantara tiga dipan
yang berada di ruang bersalin itu, aku ditangani oleh satu bidan dan satu
asisten bidan juga ditemani oleh Mama Arib, Mama Edo, dan Ine Alus Mereka semua
terus memberikan support kepadaku. Dzikir dan mengejan pelan-pelan sayang.
Bidan juga memberikan instruksi kepadaku untuk mengejan. Aku disuruh memegang
kedua paha sambil mengejan pelan-pelan. tak henti-hentinya aku dzikir kepada
Allah sambil mengejan. Kepala bayi pun sudah terlihat. Bidan menyuruhku
mengejan lagi pelan tapi pasti. Dan, Alhamdulillah tepat pukul 15.00 WITA,
putra pertamaku lahir ke dunia. Aku pun mengucap syukur. Semua yang menungguiku
di ruang bersalin saat itu menangis bahagia menyambut putraku.
Terima kasih Ya Allah. Engkau telah
memberikan anugerah malaikat kecil bagiku. Terima kasih pada semua yang
menungguiku di rumah sakit. Terima kasih pada Ibu bapak adik dan juga seluruh
keluargaku yang ada di Jombang yang tak henti-hentinya berdoa untukku. Terima
kasih semuanya. Semoga Allah membalas kebaikan kalian semua. Aamiin Ya Robbal
Aalamiin.
Watu
Lendo, 3 Mei 2016
Penulis
Santi