Sabtu, 23 Juli 2016

“ Kehadiran Malaikat Kecilku di Bulan Mei”



“ Kehadiran Malaikat Kecilku di Bulan Mei”
oleh: Santi, S.Pd, Gr

Buah hati adalah dambaan yang dinanti-nanti oleh setiap pasangan suami istri setelah menikah. Begitu juga dengan kami (Santi & Abu). Malaikat kecil kami telah hadir ke dunia pada hari Selasa, 3 Mei 2016 teoat pukul 15.00 WITA dengan berat badan 3000 gram, panjang badan 49 cm, dan lingkar kepala 33 cm. It’s a boy (baca: dia laki-laki). Alhamdulillah, dia lahir secara normal.
Malaikat kecilku, buah hatiku, jagoan kecilku telah hadir. Dia adalah putra pertama kami. Cucu pertama orang tuaku (Bapak dan Ibuku), keponakan pertama adikku, juga cucu kesembilan dari keluarga mertuaku. Selamat datang jagoan kecilku yang sehat, lucu, imut, dan ganteng.
Tanda-tanda akan melahirkan saat itu,
Hari Kamis, 28 April 2016 aku belum mengambil cuti melahirkan. Aku masih mengajar di sekolahku, MTs. Jabal Nur Watu Lendo, Lembor, NTT. Saat itu usia kandunganku 34 minggu plus 5 hari. Keesokan harinya, aku tidak masuk sekolah karena tidak ada jam mengajar. Begitu juga denga hari Sabtu. Aku gunakan kesempatan free ini untuk mencuci baju dan bersih-bersih rumah. Akan tetapi sabtu malam itu perutku terasa sakit sekali. Aku pikir bahwa aku salah makan. Sakit perutku sama seperti dilepen saat masa haid. Berkali-kali aku bangun dan minta tolong suamiku untuk mengoles nona mas (baca: minyak gosok) di perutku. Sekejab sakitnya hilang, tetapi berulang muncul lagi. Hal ini terjadi sampai Minggu pagi.
Minggu pagi itu, sakit perutku sedikit hilang. Jadi, aku bisa melakukan aktivitas di rumah seperti biasanya. Namun, menjelang Magrib, ada lender yang keluar dari jalan lahir. Aku pun segera menelpon Ibuku yang ada di Jawa. Kata Ibu bahwa waktu melahirkan anakku sudah dekat. Aku juga memberitahukan pada suamiku dan seluruh keluargaku di sini (baca : Flores). Usai makan malam bersama, aku pun segera tidur. Tidurku tidak nyaman. Walau aku bisa memejamkan mata sekejab namun sakit perutku muncul lagi. Berkali-kali aku oleskan nona mas tetapi nihil. Posisi tidurku pun aku ganti-ganti dari miring kiri menjadi miring kanan. Perutku masih saja mulas. Sakit sekali rasanya sampai –sampai aku menangis. L
Pagi pun tiba. Hari itu hari Senin (2 Mei 2016). Hari itu bertepatan dengan hari Pendidikan Nasional. Di hari itu, lendir bercampur darah keluar dari jalan lahirku. Sakit perutku pun semakin tak tertahankan. Aku memberitahukan pada suamiku dan juga ibu mertuaku di sini. Sesegera mungkin, ibu mertuaku memanggil Ine Gege di samping rumah kami untuk memeriksaku apakah iyang aku alami ini adalah tanda-tanda akan melahirkan atau bukan.
Ine Gege pun memeriksaku. Menurut Ine Gege, aku akan segera melahirkan. “ Ini sudah tandanya” kata beliau kepadaku.  Mendengar hal itu, Ibu mertuaku pun menyuruh suamiku untuk memanggil Ine Alus (seorang dukun bayi) dari Desa Buruk untuk memeriksaku. Kebetulan beliau juga masih family dengan kami (baca: iparnya Ibu mertuaku). Setiba di rumahku, Ine Alus memeriksa perutku. Menurut Ine Alus, aku harus segera dibawa ke Rumah Sakit karena sudah pembukaan tiga dari jalan lahir. Sesegera mungkin suamiku menghubungi truk Papa Nisa untuk mengantarkan aku dan Ine Alus ke Puskesmas wae Nakeng yang berada di dekat Pasar Wae Nakeng. Jaraknya sekitar lima menit naik truk. kami berangkat ke Puskesmas dahulu sedangkan suamiku, kakak-kakak Ipar dan juga Ibu mertuaku menyusul dengan naik motor.
Tepat pukul 07.40 WITA, aku dan Ine Alus tiba di Puskesmas Wae Nakeng. Sesegera mungkin kami menuju ruang rawat inap untuk ibu bersalin. Ine Alus lapor ke bidan yang sedang bertugas saat itu tentang tanda-tanda akan melahirkan yang aku alami. Aku pun segera menempati dipan tengah diantara tiga dipan yang ada di ruang ibu bersalin. Dua puluh menit kemudian (tepat pukul 08.00 WITA), aku diperiksa oleh bidan yang bertugas. Kata bidan, sudah pembukaan tiga di jalan lahir. Pemeriksaan pun akan dilakukan setiap empat jam sekali. Sembari menunggu pemeriksaan ulang, bidan pun menyarankan aku untuk jalan-jalan ringan di sekitar ruang rawat inap.
Banyak sekali keluarga yang menungguiku di puskesmas kala itu. Selain Ibu mertua, suamiku, dan Bapak Arib, ada juga Mama Ilham, Bapak Ilham, Zahira,Edo, Mama Edo, Papa Edo, Mama salim, Pua Salim dan Badriya, Bapak Yusuf, dan masih banyak lagi. Tak terasa sudah pukul 12.00, waktunya pemeriksaan jalan lahir dan juga detak jantung bayi di dalam kandunganku. Detak jantung bayiku normal, akan tetapi jalan lahir masih buka 3. Lagi-lagi, aku pun bersemangat untuk jalan-jalan kecil supaya pwembukaan jalan lahir semakin lebar. Saat pukul 16.00, jalan lahir sudah buka 4. kami semua merasa senang. Mungkin bayiku akan segera lahir. namun, saat pemeriksaan pukul 20.00, jalan lahir kembali ke bukaan 1. Aku sempat shock kenapa jalan lahir malah menyempit bukan melebar. Bidan yang bertugas saat itu pun menyarankan kami agar pindah ke ruang tunggu. Di ruang tunggu ada aku, Ine Alus, suamiku, Bapak Arib, Edo, Mama Arib, Mama Ilham dan juga Mama Edo.
Di ruang tunggu itu, aku tetap tidak bisa tidur karena sakit perutku semakin bertambah. Berkali-kali aku bangunkan suamiku untuk mengantar pipis ke kamar mandi, juga mengoles nona mask e perutku. Aku pura-pura memejamkan mataku sambil menahan sakit perutku. Aku juga berjalan-jalan kecil di ruang tunggu itu sambil menunggu pagi tiba. Ibuku di Jombang berkali-kali juga menelponku untuk menanyakan kabar terkini dariku. Pukul 04.00 keesokan harinya, aku memberitahukan pada Ine Alus kalau aku merasakan ingin buang air besar. Ine Alus pun segera mengajak kami semua untuk pindah ke ruang ibu bersalin untuk pemeriksaan kembali.
Selasa itu, 3 Mei 2016
Setiba di ruang ibu bersalin, bidan pun memeriksaku. Kata bidan jalan lahir sudah buka 3. Kami semua merasa kalau perkembangan pembukaan jalan lahirku sangat lambat. Suamiku pun meminta tolong Bapak Arib untuk memangiil nenek Salim agar datang ke puskesmas Wae Nakeng. nenek Salim pun memberikan air doa untukku. Waktu pun bergerak begitu cepat. Tepat pukul 08.00, aku diperiksa lagi oleh bidan. Kata bidan, jalan lahir sudah pembukaan 4 atau 5. Alhamdulillah. Mendengar kabar baik itu, aku pun bersemnagta untuk jalan-jalan kecil di ruang ibu bersalin, sesekali jalan mengitari ruang rawat inap, sedikit istirahat, makan, berbaring kiri, dan kalau ada tenaga melanjutkan jalan-jalan kecil lagi.
Jam dinding pun menunjukkan pukul 12.00 WITA, saatnya aku diperiksa oleh bidan. Kala itu jalan lahir sudah pembukaan 6 atau 7. Alhamdulillah, sujud syukurku pada-Mu ya Allah. Aku pun bersemangat makan siang, minum air, jalan-jalan kecil, baring miring kiri, istirahat dan jalan lagi. Paketan perlengkapan bayi dari Ibuku di Jombang pun sudah diambil oleh suamiku di Kantor Pos Wae Nakeng. Bidan Relly juga berkata bahwa perlengkapan bayi sudah harus disiapkan karena waktu melahirkan anakku sudah sangat dekat. saat itu tepat pukul 14.00, aku ingin jalan-jalan kecil mengitari ruang rawat inap di puskesmas itu sambil ditemani suamiku. Tiba-tiba aku tak kuat lagi berjalan, aku pun menyandarkan kedua tanganku ke tembok sambil menarik napas dari hidung dan melepaskan lewat mulut. Tiba-tiba, aku merasakan sesuatu seperti balon keluar dari jalan lahir. Aku pun teriak memanggil suamiku yang masih berjalan di belakangku. “Mas...” Aku pun segera ditolong oleh suamiku, bapak Yusuf dan Pua Salim. Mereka bertiga mengangkatku ke ruang bersalin. Ternyata itu adalah air ketuban yang sudah pecah.
Saat itu adalah pukul 14.45. Bidan yang bertugas saat itu pun segera menanganiku. Di dipan tengah diantara tiga dipan yang berada di ruang bersalin itu, aku ditangani oleh satu bidan dan satu asisten bidan juga ditemani oleh Mama Arib, Mama Edo, dan Ine Alus Mereka semua terus memberikan support kepadaku. Dzikir dan mengejan pelan-pelan sayang. Bidan juga memberikan instruksi kepadaku untuk mengejan. Aku disuruh memegang kedua paha sambil mengejan pelan-pelan. tak henti-hentinya aku dzikir kepada Allah sambil mengejan. Kepala bayi pun sudah terlihat. Bidan menyuruhku mengejan lagi pelan tapi pasti. Dan, Alhamdulillah tepat pukul 15.00 WITA, putra pertamaku lahir ke dunia. Aku pun mengucap syukur. Semua yang menungguiku di ruang bersalin saat itu menangis bahagia menyambut putraku.
Terima kasih Ya Allah. Engkau telah memberikan anugerah malaikat kecil bagiku. Terima kasih pada semua yang menungguiku di rumah sakit. Terima kasih pada Ibu bapak adik dan juga seluruh keluargaku yang ada di Jombang yang tak henti-hentinya berdoa untukku. Terima kasih semuanya. Semoga Allah membalas kebaikan kalian semua. Aamiin Ya Robbal Aalamiin.


Watu Lendo, 3 Mei 2016
Penulis

Santi
















Kasih Ibu kepada Beta



Kasih Ibu kepada Beta
oleh: Santi, S.Pd, Gr

Mak’e adalah sebuah panggilan sayang untuk ibundaku tercinta. Mak’e telah menungguiku selama dua bulan di Flores setelah aku melahirkan anak pertamaku “ Albirth M.Sundi” terhitung mulai 15 Mei-18 Juli 2016. Terima kasih mak sayang. I love you full.
Jauh hari sebelum aku melahirkan, mak’e telah membeli tiket pesawat Surabaya-Labuan Bajo untuk tiga orang yakni saat suamiku menjemput mak’e ke Jombang (tiket Labuan-Bajo-Surabaya, 6 Mei 2016) dan saat mak’e dan suamiku datang ke Flores (Surabaya-Labuan Bajo, 15 Mei 2016). Menurutku dan suamiku, jadwal tiket itu sudah tepat karena bidan di puskesmas Wae Nakeng memperkirakan HPL anakku ( Hari Perkiraan Lahir) adalah tanggal 25 Mei 2016.
Perkiraan bidan tentang HPL kadang tepat, kadang lebih cepat dan kadang juga lebih lambat. HPL anakku ternyata lebih cepat (baca: maju) dua puluh dua hari. Al lahir tanggal 3 Mei 2016. Setelah kami pulang dari Puskesmas Wae Nakeng tanggal 5 Mei 2016 itu, sore harinya suamiku berangkat ke Labuan Bajo diantar kakak iparku (Bapak Arib) dengan motor. Saat itu Al berusia tiga hari. Suamiku memilih naik motor karena dia takut mabuk darat kalau naik taksi ke Labuan Bajo. Sayangnya saat itu hujan deras. Sempat motornya jatuh, tetapi Alhamdulillah suamiku dan kakak iparku luka ringan saja dibagian kaki. Suamiku menginap semalam di Labuan (di rumah Pak Bahun, tempak Adek Ila tinggal di Labuan) karena jadwal penerbangan adalah keesokan harinya yakni 6 Mei 2016 pukul 7 pagi. Save flight.
Setiba di bandara Juanda (Terminal 1), suamiku dijemput teman akrab kami (Mas Didin) dengan motor kesayangannya. Mas Didin begitu baik. Dia mengantar suamiku sampai di rumahku (baca: Jombang). Mereka tiba di Jombang sekitar pukul 18.00 WIB. Alhamdulillah mereka sampai Jombang dengan selamat. Thank you Mas Didin. Usai makan nasi goreng dan the hangat, Mas Didin berpamitan pulang ke rumahnya (baca: Jogoroto Jombang).
Suamiku di Jombang sekitar Sembilan hari. Bagiku Sembilan hari itu wajtu yang lama untuk menunggu kedatangan suamiku dan mak’e ke Flores. Di rumah Flores, aku dirawat Ibu mertua dan juga kakak dan adik ipar serta keponakan-keponakanku yang baik. Mereka menganggapku sebagai anak/adik/dan atau bibi mereka sendiri.
Hari itu hari bahagia Mak,
Lima belas Mei 2016 adalah saat-saat yang aku tunggu-tunggu. Pukul 01.00 dini hari rombongan satu elef mak’e sekeluarga mengantar mak’e dan suamiku ke bandara Juanda Surabaya (Terminal 1). Rute yang dilalui adalah Juanda Surabaya-Ngurah Rai Bali-Komodo Labuan Bajo. Setiba di bandara Komodo Labuan Bajo, mak’e dan suamiku naik travel selama dua jam untuk sampai di rumah Flores (baca: Watu Lendo, Siru, Manggarai barat, Flores, NTT).
Dug... dug... dug... terdengar suara motor parker di depan rumahku. Ternyata itu adalah motor Bapak Aje dan Bapak Arib yang membonceng mak’e dan suamiku. “Assalamualaikum” sapa mak’e dari depan pintu rumahku. Aku yang sedang berada di dipan tempat tidur Ibu mertua (menjaga Al sedang tidur), segera menuju depan pintu dan memeluk mak’e dengan erat. Mak’e... aku kangen. “Oalah nduk nduk,... kowe dadi angen-angenane Mak’e ae nduk nduk.” Aku memeluk mak’e dengan erat. Aku kangen mak’e karena sudah setahun belum bertemu semenjak aku tinggal di Flores bersama suamiku.
Aku dan seluruh keluargaku di Flores menyambut kedatangan mak’e dan suamiku dengan penuh suka cita dan tangis bahagia. Kami masak opor ayam untuk dimakan bersama sebagai wujud rasa syukur atas kedatangan mak’e dan suamiku ke Flores dengan selamat. Saat mak’e ke sini Al berusia dua belas hari. Mak’e sangat senang bertemu aku dan cucu pertamanya. Begitu juga dengan aku. Aku sangat senang bertemu Mak’e.
Selama dua bulan lebih tiga hari di Flores, mak’e mengajariku berbagai hal berkenaan dengan merawat bayi mulai dari memandikan bayi sampai tetek mbengek yang lain hingga mengatur waktu antara waktu makan dan menyusui bayi agar tidak keteteran. Thank you Mak’e.
Tak terasa hari begitu cepat berlalu. Idul Fitri (tanggal 6 Juli 2016) dan acara akikah Al (11 Juli 2016) pun sudah selesai digelar. Tinggal menghitung hari saja Mak’e akan pulang ke Jombang.
Senin itu hari yang membuat air mataku berderai Mak’e...
Delapan belas Juli dua ribu enam belas. Hari dimana mak’e pulang ke Jombang diantar suamiku dengan naik pesawat. Pagi-pagi betul sekitar pukul 4 subuh, Mak’e sudah bangun, mandi, shalat subuh dan mencuci popoknya Al serta menjemurnya di halaman depan rumah. Rupanya Mak’e sangat girang dan senang karena hari itu mak’e akan pulang ke Jombang untuk bertemu bapak, Beb sayang, nenek serta semua keluarga besar kita di Jombang. Ibu mertuaku juga sejak Subuh itu sudah bangun untuk menyiapkan sarapan pagi. Seusai sarapan pagi, kami makan kue cucur dan the hangat kemudian menunggu travbel datang di ruang tamu. Tepat pukul 07.26 om Arsen travel telah datang.Mak’e dan suamiku pun berpamitan pada kami semua di sini. Semoga selamat sampai Jombang mak’e. Aamiin.
Dua jam perjalanan travel Lembor-Labuan Bajo. Sekitar pukul 09.30 mak’e dan suamiku sampai di Labuan (rumah Pak Bahun, tempat dek Ila tinggal). Mereka istirahat sejenak di sana sebelum pergi ke bandara Komodo. Usai makan siang sekitar pukul 14.00 WITAdek Ila dan keponakan mengantar mak’e dan suamiku ke bandara dengan motor. Jaraknya cukup dekat sekitar lima menit saja dengan motor. Seharusnya jadwal boarding adalah pukul 15.00 WITA, namun keberangkatan ditunda sekitar dua setengah jam. Tepat pukul 17.30 pesawat Nam Air dengan tujuan Labuan Bajo-Bali meluncur. Bismillah. Save Flight.
Sampai di bandara Ngurah Rai Bali, mak’e dan suamiku cepat-cepat chek in lagi karena mereka ganti pesawat yaitu Lion Air. Sempat juga ada orang Makassar bilang kalau barang-barang yang ditaruh di bagasi Nam Air hilang. mak’e pun panic. Untungnya itu cuma isu saja. Setelah suamiku meminta bantuan petugas Nam Air untuk mengecek dan memindahkan barang mereka di bagasi Lion Air, barang di bagasi aman, tidak ada yang hilang satupun. Barang yang di bagasi itu adalah tas bajunya mak’e dan satu kardus berisi kue dari dek Ila.
Tepat pukul 21.00 WITA, pesawat Lion Air tujuan Ngurah Rai Bali ke Juanda Surabaya pun meluncur. Save Flight ya Allah.
Aku selalu melihat sms di hapeku tentang kabar terkini dari mak’e dan suamiku. Alhamdulillah hapeku bordering dan ada telpon dari mak’e kalau mak’e dan suamiku sudah sampai di bandara Juanda Surabaya (Terminal 1). Usai mengambil barang bagasi, mak’e dan suamiku bertemu dengan Bapakku Beb Sinta serta rombongan satu elef yang telah menunggu di depat Departure Gate (pintu kedatangan). Betapa bahagianya pertemuan itu. Aku bisa merasakannya dari sini Mak’e.
Tangis bahagia untuk pertemuan yang telah dirindu-rindukan. mak’e begitu bahagis bertemu Bapakku, Beb Sinta nenek serta seluruh keluarga besarku di Jombang. Bek Pat yang sudah menyiapkan nasi bungkus dari rumah, pun mengeluarkan nasi bungkus itu dan mengajak semua rombongan untuk makan malam bersama. Bahagia rasanya. Usai makan malam, rombongan mengantar suamiku ke terminal 2 karena penerbangan keesokan harinya adalah dengan pesawat Air Asia.
Pukul 00.15 WIB, Mak’e beserta rombongan sudah sampai di terminal 2. “Hati-hati di jalan” Semoga selamat sampai tujuan”  kata Mak’e beserta rombongan kepada suamiku. Mak’e dan rombongan satu elef pun melanjutkan perjalanan pulang ke Jombang.
Tepat pukul 07.00 suamiku sudah berada di ruang tunggu. Tak lama kemudian pesawat Air Asia pun datang. Save Flight for Surabaya-Bali. Pukul 09.30 suamiku sampai di bandara Ngurah Rai-Bali. Suamiku pun makan nasi bungkus yang dibawakan Bek Pat. Tak lupa membeli cemilan cokelat dan biscuit. Lapar pun hilang sekejab.
Setelah empat jam transit di Bali dan tunda keberangkatan satu jam, pesawat Nam Air Bali-Labuan bajo pun tiba. Tepat pukul 15.00 WITA pesawat meluncur. Save Flight ya Allah. bapak Arib pun juga sudah menjemput suamiku ke Labuan sejak pukul 14.00 dengan motor. Hati-hati di jalan ya.
Kami semua menunggumu di rumah.
Dug... dug... dug. Itu suara motor suamiku. Tepat pukul 20.00 WITA, suamiku dan Bapak Arib sudah sampai rumah. kami semua lega. Aku juga mengabarkan kepada Mak’e kalau suamiku sudah sampai di rumah dengan selamat.
Alhamdulillah.
Mak’e, Pak’e , Beb Sinta sayang, I miss you so much.
Jaga kesehatan dan baik-baik selalu beserta seluruh keluarga besar kita.
 di Jombang.
I love you.

Watu Lendo, 19 Juli 2016
Anakmu

Santi













IDUL FITRI 2016



IDUL FITRI 2016
Sebuah catatan Santi untuk Ayah dan Beb Sinta tercinta
oleh: Santi

Watu lendo, 6 Juli 2016

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh...!
Teruntuk:
Ayah dan beb Sinta tersayang J
Sengaja aku tuliskan catatan ini untukmu tersayang dan juga pada seluruh keluargaku yang kini berada di Jawa (read: Jombang)

Ayah,,,Beb Sinta sayang...
Aku sungguh merindukan kalian. Apa kabar Ayah? Apa kabar beb Sinta sayang? Semoga kalian semua sehat wal’afiat, panjang umur dan dalam lindungan-Nya seperti halnya aku, Ibu dan seluruh keluarga di sini.
Ayah, Beb Sinta sayang...
Aku kangen kalian. Aku kangen Mbah Mirah, Pakdhe Mul n fam, Pakdhe Ri n fam, Paklek No n fam, Paklek To n fam, Paklek Agung n fam, dan paklek Sam n fam dan semua keluarga di Jawa yang tak bisa disebutkan satu persatu.
Aku kangen banget. Lebaran tahun 2016 ini jatuh pada hari Rabu, 6 Juli 2016. Ya, hari ini aku menulis catatan ini sebagai obat rasa rinduku pada kalian semua.
Lebaran tahun ini begitu berbeda dari lebaran tahun-tahun sebelumnya bagiku. Tahun ini aku sudah menjadi ibu dari putra pertamaku “ Albirth M.Sundi”. Tahun ini biarlah Ibu yang mengunjungiku ke sini, melihat keseharianku di sini, menjagaku, menasehatiku dan mengajariku segala hal yang berhubungan dengan m,erawat bayi. Aku senang sekali Ibu berada di sini selama dua bulan. Aku ber-Lebaran bersama Ibu di sini , Mas Abu dan seluruh keluarga di sini (read: Manggarai Barat, Flores, NTT). Walaupun tempat lebaran kita berbeda, aku yakin hati kita tetap satu. Insya Allah, semoga kita semua berumur panjang sehingga lebaran tahun depan kita akan bertemu di Jawa. Aku akan datang bersama Mas Abu dan adik Al. Insya Allah. Jangan merasa kesepian Ayah, Beb Sinta sayang. Tahanlah sedikit rasa rindu kalian pada Ibu tercinta. Ibu kan sudah mau pulang ke Jawa tanggal 18 Juli 2016. Tinggal menghitung hari saja kan. Sabar ya Beb sayang...
Hari ini akan kuceritakan sebuah tradisi perayaan Idul Fitri di sini. Semoga Beb senang membacanya J
Ayam jago telah berkokok dan suara Adzan subuh berkumandang di masjid belakang rumahku. Takbir pun berkumandang. Semua umat muslim telah menunaikan shalat Subuh dan bersiap-siap untuk shalat Idul Fitri berjamaah di lapangan. Begitu juga dengan Mas Abu, Ibu mertua dan dek Ila. Mereka telah menata tikar di ruang tamu sebelum berangkat shalat Id ke lapangan. Sedangkan, aku, Ibu dan adik Al ada di rumah.
Usai shalat Id, mereka pulang ke ru,mah. Kami langsung duduk di tikar dan jabat tangan untuk mohon maaf lahir dan batin. Ada suatu adat yang beda dengan acara Idul Fitri di Jawa. Kami di sini bermaaf-maafan sambil melepas tangis. Tamu juga datang silih berganti. Tiap tamu datang, kami suguhkan kue dan minuman hangat. Kue kucur merah, bolu, kue mentega dan juga kue cuccene (khas Manggarai). Kue-kue tadi ditaruh di piring-piring bukan di toples. Tujuannya supaya para tamu tidak malu untuk mengincip kue. Kami juga membuat ketuipat ketan hitamdan masakan ayam kecap untuk acara makan siang bersama keluarga. Rame sekali beb di sini. Andai Ayah dan Beb Sinta sayang ada di sini, pasti acara Lebaran kita tambah ramai...  J J J
Aku dan Ibu kangen kalian Beb, Yah...
Aku rindu Lebaran di rumah Jawa. Kita takbir keliling bersama, shalat Id bersama dan lahir batin bersama. Bahagianya ... Semoga aku dan mas Abu dan seluruh keluarga di sini panjang umur dan cukup rejeki sehingga insya Allah Desember tahun ini kami bisa pulang untuk sambaing temu kangen dengan kalian semua di Jawa. Aamiin. Aku benar-benar kangen.
I miss you so much...
Love you more and more


Watu Lendo, 6 Juli 2016


Santi