Minggu, 21 September 2014

Seminar MBMI di Jakarta (blm edit)

Seminar MBMI di Jakarta
oleh:
Santi

Seminar Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia (MBMI) telah dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 18-19 September 2014 dengan tema "Kebangkitan pendidikan daerah Tertinggal"
Acara dimulai pada pukul 09.23 dengan MC Bunda Lutfi. Selanjutnya rangkaian acara dibuka oleh direktur jendral dikti, Pak Joko Santoso. Materi pertama adalah keynote tentang Kurikulum 2013 atau lazim dikenal dengan K-13 yang disampaikan oleh Pak Musliarkasim. Materi kedua adalah seminar oleh Pak Sugiyarto (salah seorang anggota panitia adhock penyusun UUD 1945) tentang what's wrong with Indonesian classroom. Materi ketiga adalah Guru yang menginspirasi oleh Prof. Arif Rahman. Menurut beliau, guru yang menginspirasi adalah guru yang bisa menciptakan suasana di kelas. hal yang terkesan dari pesan beliau adalah makna " kuatkan imanku, haluskan perasaanku, cerdaskan otakku, sehatkan badanku dan eratkan persahabatanku. Sambutan selanjutnya adalah dari mentri Pendidikan Bapak M. Nuh. Beliau berpesan bahwa ada tiga amata rantai masalah yang harus segera dimusnahkan yaitu kemiskinan, ketidaktahuan, dan integrasi sosial. Mata pisau pembelah mata rantai tersebut adalah pendidikan (Jakarta, 17 September 2014). Pukul 12.00 acara dialog diakhiri dan dilanjutkan ishoma. Kemudian, jam 13.30 di aula Birawa Hotel Bidakara Jakarta, ada acara sambutan oleh Wapres Indonesia, bapak Budiono. Acara dibuka oleh nyanyian dari Universitas Negeri Jakarta.Tepat pukul 14.30, Pak Budiono datang. Tarian Bhinekka Tunggal Ika oleh Seni Tari UNJ dan peserta PPG SM-3T ikut menyambut beliau. Acara selanjutnya adalah laporan oleh Mendikbud dan pemutaran film pendek SM-3T, Sambutan Bapak kades papua barat, Sambutan pak Djaelani Aceh Timur, dan sambutan pak wapres Budiono. Acara selanjtnya adalah "Lagu Balada 1 tahun pengabdian". Acara penutupan tepat jam 16.00 

Jakarta, 18 September 2014
Santi








Senin, 08 September 2014

KMD, PPG, dan PRIGEN (blm edit)

KMD
(Kursus Pembina Pramuka Tingkat Mahir Dasar)
di Kampus PPPG Unesa dan di Prigen Pasuruan Jawa Timur
oleh: Santi, S.Pd.
  
Gerakan Kepramukaan adalah ekstra kurikuler wajib pada kurikulum 2013. Konsekuensinya, calon-calon guru profesional memerlukan kursus Gerakan Kepramukaan sebagai bekal mengajar ekstrakurikuler di sekolah mengajar nanti. Unesa sebagai Lembaga Kependidikan dan Tenaga Kependidikan (LPTK) penyelenggara PPG berkomitmen untuk tetap mengadakan KMD untuk peserta PPG angkatan II ini. Kapan KMD dilaksanakan di Unesa? Apa saja kegiatan KMD? Siapa saja peserta KMD? Dimana KMD dilaksanakan? Bagaimana acara KMD berlangsung? dan Mengapa KMD harus dilaksanakan?

KMD PPG Unesa telah dilaksanakan dari tanggal 7-13 Agustus 2014. Tiga hari pertama (7-9 Agustus 2014), KMD dilaksanakan di kampus Unesa dan diikuti oleh seluruh peserta PPG Unesa Angkatan II kecuali jurusan PGSD karena mereka telah melaksanakan KMD sewaktu menempuh kuliah S1. Kegiatan-kegiatan di KMD sangat bermanfaat bagi persiapan sebagai pembina pramuka di sekolah mengajar kelak.

Peserta KMD dibagi ke dalam 4 kelas yaitu kelas A. B, C, dan D. Salah satu kegiatan yang terekam saat itu adalah hari Sabtu, 9 Agustus 2014 saat saya menjadi peserta di kelas D. Setelah registrasi, peserta KMD kelas D diminta oleh Kakak Pembina menuju halaman depan masjid Unesa II. Materi hari itu adalah tata cara upacara pembukaan pramuka siaga dan prakteknya. Ada banyak istilah baru yang diperoleh dari pramuka Siaga yaitu bunda, bucik, sulung, barung, perindukan. Seusai itu, peserta diarahkan menuju sebelah barat Gedung PPG untuk menerima materi bersama Kak Ahya. Materi yang didapat adalah tentang 9 kecerdasan menurut Gardner adalah kecerdasan linguistik, matematik, logis, kinestetik, musik, interpersonal, dan intrapersonal. Kemudian, peserta KMD diarahkan ke zona-zona permainan pada pramuka siaga diantaranya adalah zona dengarkan dongengku, zona surat cinta, zona karyaku, dan zona indah lukisanku. Permainan-permainan pramuka siaga serasa mengingatkan masa kecil dulu.
Santi Ceria


Kegiatan di Kelas D


Presentasi kelompok


Projek membuat Administrasi Gugus Depan


Kelompok Cinta


Teman-teman kelas D


Data Administrasi Gerakan Pramuka 


Materi Tata Cara Upacara Siaga di depan Masjid Unesa


Kecerdasan Musik


Kecerdasan Linguistik


Kecerdasan Intrapersonal


Zona Surat Cintaku



KMD dilanjutkan dengan outdoor di Bumi Perkemahan Mahanaim, Prigen, Pasuruan Jawa Timurdari tanggal 10-13 Agustus 2014.
" Catatan hari Minggu, 10 Agustus 2014 " 
Peserta KMD PPG Unesa Angkatan II diberangkatkan jam 08.00 WIB dengan akomodasi enam Truk Angkatan Laut dengan rincian 3 truk peserta putra dan 3 truk peserta putri. Dibutuhkan waktu tempuh 2 jam untuk menuju Bumi Perkemahan Mahanaim dengan jalan yang cukup menanjak. Tepat jam 10.00, peserta KMD tiba di Buper Mahanaim dan segera mendirikan tenda berwarna oranye. Kemudian ishoma dan dilanjutkan dengan materi kepenggalangan. Ada pelatihan upacara pembukaan dan penutupan. Kak Roem, begitu pembina kelas D disebut. Kak Roem memberi projek kepada regu putri (Regu Ainun) untuk membuat tiang bendera sedangkan regu putra (Regu Habibi) ditugaskan untuk membuat jembatan gantung yang terbuat dari bambu dan tali lawe. Acara dilanjutkan dengan latihan upacara penutupan. Di malam hari, peserta KMD diwajibkan untuk masak dengan alat nesting dan bahan bakar parafin yang disediakan oleh panitia. Acara hari ini diakhiri dengan refleksi materi hari ini.
"Catatan hari Senin, 11 Agustus 2014"
Hari ini cukup melelahkan. Setelah sholat Subuh, peserta KMD melaksanakan senam pagi di depan tenda pelatih dengan lagu andalan "Ijo Royo-Royo" dan "'Mahumere." Siang hari ada materi PBB. Ada juga materi Kepenegakan yang berisi tentang nama ambalan, pusaka, lambang, sandi, kibaran cita, adat dan dewan ambalan disampaikan oleh pembina Kak Roeam dan Kak Ganet. Saat itu saya terpilih menjadi pinsa(pimpinan sannga) dan sekaligus pradana (pinsa terbaik). Nama ambalan putri kelas D adalah Ken Dedes, sedangkan nama ambalan putra kelas D adalah Ken Arok. Kami juga dilatih upacara pembukaan dan penutupan pramuka ambalan. Jam 14.00, ada penjelajahan ke hutan belakan Bumi Mahanaim. Kami membawa bekal kompas, pita pita, dan ... (satunya saya lupa). Ada 3 pos yang harus kami lalui. kami belajar membuat tandu parurat (PPGD), mendirikan bivak, masak dengan nesting. Sampai di hutan tengah malam. Kami juga berwudlu di sungai yang jaraknya lumayan jauh dari bivak (tenda). Setelah sholat isyak, kami renungan malam kemudian kami kembali ke Bumi Perkemahan Mahanaim.

“ Catatan hari Selasa, 12 Agustus 2014 “

It’s time to peer teaching. Ya, hari ini adalah hari ke-6 KMD. Ini waktunya peserta KMD mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama KMD melalui mengajar teman sejawat. Materi yang di-peer teachingkan sudah ditentukan oleh Kakak Pembina. Pokoknya harus all-out dan persembahkan yang terbaik. Pagi ini dimulai dengan senam pagi dilanjutkan dengan kegiatan pribadi di pagi hari. Waktu peer teaching tiba. Kelas D dibagi ke dalam 3 kelompok peer teaching. Kebetulan sangga Pencoba (putri) yang beranggotakan 6 orang digabungkan dengan sangga Perintis (putra) yang beranggotakan 7 orang dibina oleh Kak Roem. Tiap peserta diberi waktu 10 menit untuk peer teaching. Jam 13.00, peer teaching usai dan dilanjtkan dengan ishoma. Acara dilanjutkan dengan Post-Test. kemudian, ada Open Forum bersama Bunda Nurhayati. Malam harinya adalah malam hiburan alias api unggun. Malam itu acara sungguh seru dan memukau karena tiap kelas menampilkan 1 tampilan dari putra dan 1 tampilan dari putri. Ada tampilan drama, menyanyi, ketoprak, dan juga dance. Apalagi ditambah dengan duaa teman kami yang ultah yaitu Mas Arik dan Mas Fando. Seru sekali. Jam 23.00 acara selesai.

“ Catatan Hari Rabu, 13 Agustus 2014 “

Pulang dari Bumi Perkemahan Mahanaim, Prigen, Pasuruan Jawa Timur

Senam pagi berlangsung seperti biasanya. Kemas-kemas dan sarapan pagi secepat kilat dilakukan. Alat-alat perkemahan pun segera dikembalikan kepada Kakak Pembina. Usai itu, foto bersama seluruh peserta KMD PPG Unesa angkatan II, foto per kelas dan juga foto per jurusan. Jam 10.00, truk Angkatan Laut pun datang menjemput peserta KMD. Ya, sudah saatnya kami kembali ke Asrama Putri Unesa dan melanjutkan aktivitas PPL lagi. Sampai jumpa di cerita seru berikutnya.


Surabaya, 9 September 2014

Santi, S.Pd.






















Rabu, 03 September 2014

Sumber Mukti Nggregeti (cerpen) oleh Sri Muliyati



Sumber Mukti Nggregeti
Oleh: Sri Muliyati

            Teringat di sebuah malam sunyi dengan hawa dingin menusuk ke pori-pori kulit diiringi lantunan musik alami khas ala jangkrik banget dah hehe… Kami ber-4 sedang bersantai di kamar kontrakan yang berukuran 4 x3 meter dengan memperbicangkan berbagai  cerita lucu di tempat kami di tugaskan sebagai peserta SM-3T Angkatan II. Tepatnya, di SMPN 1 Kuta Baharu, Kab Aceh Singkil.
Tiba-tiba munculah sosok tinggi besar tanpa ekspresi hadir hingga memecah tawa kami dan sempat membuat kami spicles selama beberapa detik. Ia berdiri tepat di tengah pintu dengan menenteng panci yang sepertinya masih panas kerena jampel (lap) ikut bertengger ditangannya sebagai media untuk memegang panci yang masih kebul-kebul. “Ono opo toh mbak?” tanya Niar dengan logatnya khas ala Pacitan. “Ada yang panggil aku nggak tadi?” jawab mbak Fuji, emm lebih tepatnya dia balik bertanya. Hampir bebarengan kami menjawab “Nggak adaaa.” Kami pun melanjutkan canda tawa kami dengan mengacuhkan mbak Fuji yang masih tetap berdiri di tengah pintu.
“Hey reeeeek, Aku beneran loh. Kayagnya ada yang manggil Aku tadi sewaktu memanaskan sayur di dapur.” Ucap Mbak Fuji lagi. Kali ini kami beralih perhatin kami ke Mbak fuji lagi dengan pandangan tetap santai dan sikap yang santai pula. Bahkan Yunin menjawab “ Halaah Mbak mungkin perasaanmu aja.” Mbak Fuji masih nampak bingung dengan jawaban kami, “Trus siapa dong yang manggil aku tadi?” tanyanya. “Masak orang iseng malem-malem di belakang rumah? secara lhoo letak rumah tetangga kita juga jauh kan!” kembali lagi ia lontarkan pertanyaan tambahan.
 “Emang apa sih yang kamu denger Ndut?” tanya luluk yang selalu manggil mbak Fuji dengan panggilan Ndut alias Gendut. “Tadi Neng, sewaktu aku manasin sayur kayagnya ada suara dari belakang yang manggil Aku dengan satu kata yaitu (Mbaaaaak) pelan dan intonasinya agak panjang. Sontak bulu kudukku merinding dan  aku pun menoleh kebelakang, namun tak kudapati sosok salah satu dari kalian ada di situ. Dan suara itu berulang, namun aku yakin itu berasal dari belakang rumah. Sadar akan hal itu aku langsung angkat panci ke sini.” Papar Mbak Fuji pada kami.
Hawa di kamar itu makin dingin, karena memang rumah kontrakan kami berdinding kayu sehingga semriwing udara bisa gampang masuk sepuasnya, beralaskan tanah dan beratap seng. Namun suasana kami makin menghangat karena menahan tawa dengan saling pandang satu sama lain serta kembali memandang mbak Fuji lagi. Tawa kami tak lain karena melihat ekspresi ketakutan mbak Fuji yang tampak lucu. Namun, sebenarnya ada rasa takut yang terlintas. Karena ini bukan kali pertama diantara kami mendapatkan pengalaman yang serupa.
“Aku juga pernah mbak.” Sahut Yunin. “Kalo yang kudengar justru suara ribut-ribut seperti orang tawuran, rameee banget. Jaraknya pun tidak terlalu jauh dibelakang rumah yang merupakan kebon sawit, pikirku malem-malem kok ada rame-rame dan aku penasaran hingga ku buka pintu belakang rumah dan kembali kudengar dengan seksama, lebih cermat lagi aku melihat. Dan ternyata yang aku lihat hanyalah gelapnya malam tanpa ada siapa-siapa,  suara-suara itupun juga lenyap tak bersisa, tinggallah suara serangga yang berpesata.” Cerita Yunin pada kami.
“Teruss, kompor minyaknnya udah dimatiin pa belum mbak?” Tanyaku.  Hehehe “Belum, bahkan belum ku kecilkan” jawab mbak Fuji. “Walah caaah iku seng luweh medeni” sahut Niar. 

                                                                                                Surabaya, 28 Agustus 2014

Seberkas Senyum Mengurai Jejak (cerpen) oleh Sri Muliyati



Seberkas Senyum Mengurai Jejak
Oleh Sri Muliyati

Hari ini aku terpukau di sudut warung bakso Pak Ojan yang ramai, penuh sesak dengan pelanggannya yang tiap waktu tak pernah surut kecuali kalo tutup. Aku salah satu pelanggannya meski kini tak bisa bertandang ke sini tiap hari. Masih tergambar jelas, dulu dengan berbekal Rp 1.000 aku sudah dapat bakso beserta es kelapa muda, dan kini uang Rp 8.000 hanya dapat baksonya saja. Namun kini Pak Ojan tak lagi mengayuh gerobaknya untuk datang ke sekolah kami tiap siang hari tepat di jam istirahat ke-dua. Di warung dengan bangunan permanen ini , kini ia cukup memasang tulisan “Buka” yang rutin dilakukan pegawainya di pukul 09.00 WIB itu, dan serentak pelengganya pun akan berdatangan bahwan tak jarang akan penuh sesak seperti pemandangan yang aku lihat saat ini.
Pikiranku melayang tepat ke waktu enam tahun yang lalu, di sini, di kursi ini, aku bersamanya,  si pemilik senyum termanis yang pernah aku temui. “Tahu nggak sih kalo saat ini aku sebel banget” paparnya dengan nada tak serius lengkap dengan senyuman. Ku balas nyengir “memang kenapa?” jawabku. “Sudut jam 9.” katanya, yang menunjukkan keberadaan seseatu yang menarik sedang berada di arah jam 9. Aku langsung menoleh ke sebelah kiri, dan aku dapati seorang cewek yang sedang memandangiku, namun iya sontak membuang pandangan dengan tergagap ketika menyadari bahwa aku pun memandangnya. Aku alihkan pandanganku lagi pada si manis. “Ay, Aku ganteng banget yak?” kataku dengan nada menggodanya. “Hah, biasa aja kelesss” agak ketus ia menjawab diiringi dengan tawa kami berdua.
Aku masih merasakan kenyamanan berbincang sambil makan bakso yang menurutku makin lengkap rasa enaknya karena ditemani orang terkasih. Bahkan hingga saat ini aku masih bisa merasakan kenyamanan itu meski tak lagi ada sosok nyata di hadapanku. Yaaaah cukup mengingatnya lekat-lekat itu sudah istimewa bagiku.
Lamunanku tersadar dengan deringan ponseku yang bertuliskan iklan yang di kirimkan melalui  pesan siar di BBM. Hemm memang banyak sebagian teman yang kini punya pekerjaan sampingan untuk bisnis online dengan memanfaatkan jejaring sosial yang sudah terprogram di ponsel masing-masing. tentunya hal tersebut untuk mempermudah melakukan aktivitas di tengah persaingan pencarian biaya hidup yang semakin sulit di era ini.
 Aku rasa cukup, dan aku harus beranjak pulang. Sebelum aku menyimpan ponselku di saku, kusempatkan untuk mengintip update-an status, atau sekedar melihat foto profilnya.  
***
“Sudah makan le?” tanya ibu yang kehadirannya tak kusadari sedang duduk di sofa, karena aku masuk rumah ngeluyur saja tanpa salam. “Sudah Buk, barusan makan bakso di luar.” Jawabku sambil melangkah dan berbalik arah untuk duduk di samping wanita terhebat dalam hidupku ini. Pandanganku tertuju ke arah album foto yang di pegangnya. Hatiku perih, dan tiba-tiba sesak melihat orang yang disampingku kini mencoba untuk menguatkan diri meski ku tahu dari matanya dia amatlah rapuh setelah kepergian Ayah tepat dua bulan yang lalu. “Buuk!” aku memulai percakapan. “Hemm.” Jawabnya. “Ibuk sudah makan?” tanyaku, meski aku tahu jawabannya karena ira adikku tadi mengatakan bahwa ibuk blm makan dari pagi. “Sudah “ jawabnya dengan senyuman yang dipaksakan tapi ia menatapku lekat penuh kasih sayang.
“Tiba-tiba aku lapar lagi buk, lapaaaaaar sekali. dan ibu tahu yang ingin aku makan saat ini?” tanyaku. Ibu hanya menggeleng. “Aku ingin makan asem-asem dan dadar jagung, tentunya makan bersama Buk e yah yaaah hehehe” sambil pasang wajah memelas dan merayu. Ibu tersenyum dan berkata “ Tunggu ya Buk e masak sebentar, kebetulan tadi dapat ikan dan di beri jagung muda sama Budhe Sari.”
***
Liburan cuti dari kantor yang aku ambil sudah harus berakhir hari ini  dan aku harus kembali nanti sore dengan jadwal penerbangan pukul 19.15 WIB. Setelah mandi dan bersiap-siap aku kembali menatap foto yang terpampang di dinding. Kata yang teramat berat terlantun dari hati yang paling dalam “Bagaimana bisa Jenengan bisa meninggalkan buk e dan Adek-adek yang masing sangat membutuhkan Ayah, Aku merindukanmu… sangat amat merindukanmu”.
“Taksinya sudah datang mas”, teriak adek terkecilku. Bergegas aku menuju ruang tamu dan kudapati Ibu sudah menunggu di sana bersama Ira.  Setelah berpamitan aku pun bergegas untuk ke bandara. Perjalanan ke Jakarta tak perlu banyak waktu, justru dari bandara ke mes yang banyak memakan kesabaran. Hemm biasa, kota metropolitan ini masih saja macet meski gubernurnya gonta ganti. Karena sejatinya kebijakan dibuat sebaik apapun jika tanpa  partisipasi masyarakatnya sama aja bohong. Karena itu aku memilih untuk naik motor yang tiga hari yang lalu aku titipkan di tempat teman yang memang bekerja sebagai staf Admin di Bandara Sukarno Hatta. Aku ingin sampai mes dengan segera mangingat ada pekerjaan yang harus aku siapkan untuk besok, hari pertama masuk kerja setelah cuti.
Aku memacu kendaraan dengan kecepatan cukup tinggi di tengah malam yang cukup dingin. Sialnya aku melihat lubang mengangah di tengah jalan dengan tiba-tiba, antisipasiku terlambat dan aku jatuh terbalik, terlempar bersama motor sejauh 3 meter dan terkapar dengan posisi kaki tertindih motor. Bersamaan dengan itu ada bus dengan kecepatan tinggi melesat tepat di jalur lurus tempat aku terjatuh. Penglihatanku mengabur, terakhir yang ku lihat adalah cahaya mengkilat yang semakin dekat menuju ke muka ku. 
***
Samar-samar aku mendengar ada yang sedang berbicara, emm… suara yang sangat aku kenal, dan aku tertarik untuk segera membuka mata. Rasanya berat, dan masih remang-remang tapi makin lama semakin jelas.  Aku memastikan dimanakah aku dengan mengarahkan penglihatanku ke segala arah. Dan berhenti di satu titik tempat seorang bidadari sedang bercakap dengan smart phonnya, tapi aku tak bisa melihat wajahnya karena posisi badannya yang membelakangiku. “… bahan akan ku kirim lewat email dan aku usahakan akan kembali secepatnya, justru aku yang berterima kasih mbak. Baik, selamat malam juga, waalaikmsalam. ” itulah perkatanyang kudengar sebelum ia menutup telponnya  meski tak terlalu keras ia ucapkan.
Usai pembicaraannya dia berbalik dan memandang ke arahku, entah rasanya seperti mimpi ketika yang kudapati sosok perempuan manis yang melemparkan senyuman dan berjalan ke arahku. Diakah itu? “Pean sudah siuman?” dengan mata sembab dan senyum yang dipaksakan ia lontarkan senyuman. Pertanyaannya meyakinkanku bahwa itu adalah Dia pemilik suara khas yang tak kan pernah terlupakan meski jalinan kami sudah terputus oleh jarak waktu dan nasib. Aku hanya tersenyum dan menganggukkan kepala. Sebelum aku bisa mengeluarkan kata dari bibirku, ia berucap lagi “ Pean tadi tak sadarkan diri selama 1 jam, Alhamdulillah kata dokter kondisi pean cukup baik, dan besok sudah bisa pulang jika kondisi pean memungkinkan, memar di kaki cukup parah tapi untunglah gak sampai patah tulang, dan luka luar yang lumayan di lengan karena tergeser aspal. Emm Untung juga hidungnya masih utuh sehingga wajah  gantengnya gak berkurang “. Kalimat terakhirnya membuat kami tertawa.
“Kok pean bisa ada di sini ?“ Iya aku ada kerjaan di Jakarta untuk mengisis seminar selama dua hari, dan besok pagi harus kembali ke habitat, tapi rencananya aku mempercepat kepulanganku. Ternyata di tengah jalan ada kecelakaan tiba-tiba tepat di hadapan mobil yang aku tumpangi. Sehingga membuat sopir berhenti mendadak. Untungnya semua selamat, sempat tidak percaya juga ternyata kudapati pean tergeletak tepat di depan mobilku.” Tetap dengan gaya cerewet yang tak berubah dia paparkan padaku tragedi yang membawanya hingga bertemu denganku. Sambil mengingat dan berpikir.  Jadi, yang aku lihat terakhir pasca kecelakaan bukanlah Bus melainkan mobilnya. Mungkin memang terlalu banyak yang kupikirkan akhir-akhir ini.
Entah bercampur aduk perasaanku hingga sakit pun tak terasa hehe. “Makasih yak?” ucapku padanya. Hu’em jawabnya singkat. Sebelum aku melontarkan pertanyaan padanya  terdengar ketukan pintu dan masuklah Hendri dan Bimo teman kerjaku. Lewat pernyataan Bimo aku tahu bahwa Amel yang memberikan kabar tentang kecelakaanku. Yah Amel si manis ini.
“Aku sudah menghubungi istrimu dan besok dia akan berangkat dari Bandung katanya.” Ujar Hendri. “Baiklah karena pean sudah ada yang menemani sepertinya aku harus pamit. Jangana banyak pikiran. Kata dokter kondisi pean sedang kecapek an dan kurang istirahat, moga lekas sembuh ” ujarnya dengan siap menenteng tas kecilnya. “Makasih banyak yak?” hanya kata itu yang terucap sembari menjabat tangannya. Meski segudang kata ingin sekali aku ungkapkan, ternyata aku tak punya nyali untuk melakukan itu. Bahkan ingin sekali ku hentikan waktu biar masa ini tak akan pernah berlalu, tapi apalah dayaku Tuhanlah Sang Penentu. Ia berlalu dan lenyap berganti sunyi meski ada dua teman yang menggantikannya di sini. 

                                                                                                Jombang, 31 Agustus 2014